Jakarta (21/4) — Partai Keadilan Sejahtera (PKS) harus tumbuh menjadi The Living Political Party. Pesan ini disampaikan Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman, di Jakarta, Kamis (21/4/2016).
PKS, papar Sohibul, memiliki cita-cita nasional yang luhur yaitu mewujudkan masyarakat madani yang adil, sejahtera, dan bermartabat. Bahkan di level internasional PKS mencitakan Indonesia sebagai kontributor peradaban dunia.
“Ini perjuangan panjang, mensyaratkan kader dan struktur partai memiliki stamina yang tangguh. PKS harus menjadi The Living Political Party,” tegas sang Presiden Partai.
Menurut Sohibul ada beberapa karakteristik yang harus dipenuhi agar PKS menjadi The Living Political Party.
Pertama, memahami perubahan lingkungan dan sigap menghadapinya. PKS, sebut Sohibul, tidak hanya memakaifiqh al ahkam (halal haram) tapi juga fiqh ad da’wah, fiqh realitas dan fiqh prioritas sebagai modal yang kuat untuk memahami perubahan lingkungan dan sigap menanganinya.
“Apalagi PKS akrab dengan literatur klasik maupun kontemporer, baik dalam keagamaan (syar’iy) maupun ilmu umum (kauniy),” papar Sohibul.
Selanjutnya, ungkap dia, PKS harus menjadi organisasi pembelajar. PKS yang lahir dari gerakan tarbiyah sejatinya adalah organisasi pembelajar. Yang perlu ditingkatkan saat ini adalah kualitas sistem dan proses pembelajaran.
Ketiga, terbuka terhadap ide-ide baru. Merespons perubahan lingkungan tidak akan ampuh dengan cara-cara yang ada atau lama. “Harus dihadapi dengan cara-cara baru. Di sini dibutuhkan ide-ide baru. PKS terbuka dengan ide-ide baru. Ide-ide tersebut dikonteskan dalam forum internal agar matang dan menjadi konsensus,” kata dia.
Keempat, lanjut Sohibul, PKS harus memiliki kesadaran identitas kolektif yang kuat. PKS sejak awal dibangun dengan sipirit kolektif (kejamaahan) maka kader dan pimpinannya memiliki identitas kolektif yang kuat dan senantiasa menempatkan identitas kolektif di atas identitas perorangan. “Sistem melampaui individu,” ia menegaskan.
Hal lain yang perlu dilakukan adalah lebih memuliakan SDM dibanding aset atau sumberdaya fisik. Modal utama PKS adalah kader berkualitas. “Aset dan sumberdaya fisik tentu penting tapi kader melebihi semuanya,” ungkap Sohibul.
Terakhir yang tak kalah penting adalah lebih mengutamakan pembiayaan dari sumber internal dibanding dari sumber luar.
PKS, sebut Sohibul, berpegang pada prinsip “kas kami berasal dari kantong kami”. Prinsip tersebut diambil demi menjamin kemandirian. “Tapi tidak berarti PKS menolak partisipasi pihak lain. PKS terbuka terhadap sumbangan yang sesuai hukum positif, kaidah agama, dan tidak mengikat (interlock politics),” pungkas Sohibul.