Jakarta – Sekolah Pra Nikah (SPN) ini adalah pembekalan keilmuan bagi yang mau berkeluarga maupun sudah berkeluarga, ini sebuah jalan utama, jalan baik, jalan yang dibedah untuk kita mendapatkan arah petunjuk jalan atau kompas, supaya tidak tersesat dalam perjalanan rumah tangga, tidak dipisahkan Allah dengan perdebatan dan perceraian tapi dipisahkan oleh kematian sehingga berhimpun di syurganya Allah.
Demikian disampaikan Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PKS KH. Muhammad Thamrin di acara SPN Seri Ketiga dengan tema ‘Mantapkan Diri, Membangun Keluarga Penuh Berkah’, Ahad (20/3/2022) melalui dalam jaringan (daring) yang dihadiri tidak kurang dari 150 peserta milenial dari yang mendaftar sebanyak 210 peserta.
Thamrin melanjutkan, SPN ini juga media yang luarbiasa untuk milenial masuk kedalam jenjang pernikahan, lalu kenapa perlu ada SPN?, tanya Thamrin, karena saat dirinya datang ke Pengadilan Agama (PA) Jakarta Timur, kalau lihat disana, orang yang bercerai usia pernikahannya tidak sedikit yang hanya hitungan hari dan bulan, “Bahkan ada yang satu hari saja, Sabtunya akad, Senin ajukan gugatan cerai, ini fenomana yang sangat memprihatinkan,” ujar Thamrin.
“Jika kita mau mendapatkan menantu yang baik, imam yang baik, pengasuh bagi putri-putrinya, teruslah berdoa kepada Allah, kita minta semuanya kepada Allah, nanti Allah akan tunjukkan jalannya,” sambung Thamrin yang juga Ketua Bidang Pembinaan Umat DPW PKS DKI Jakarta.
Thamrin pun melanjutkan, di PA itu yang pasangan usia muda banyak yang mengajukan cerai dengan pasangannya, inilah menjadi tanggung jawab semua baik orangtua maupun tokoh agama dan masyarakat didalam memberikan solusi terutama persoalan nikah.
“PKS hadir menjadi solusi untuk umat, BPKK dan RKI hadir mencoba melerai persoalan yang mengemuka, apalagi di masa pandmei ini angka perceraian meningkat,” papar Thamrin.
Thamrin juga menceritakana, di Kemenag RI saya sering mengisi Kursus Calon Penganten (Suscaten), itu diadakan minimal 3 kali oleh Kemenag, tapi ini bersifat menggugurkan kewajiban, sehingga tidak fokus.
“Di Suscaten saya sering diundang untuk menjadi pemateri disana, ini harus terus digalakan, RKI harus bekerjasama dengan Suscaten Kemenag RI wilayah DKI, semoga dengan kepedulian ini kita bisa diterima untuk bekerjasama,” ungkapnya.
Thamrin pun merinci, Suscaten ini dilakukan per pekan, sampai pekan ketiga, hampir sama dengan SPN, namun SPN harus ada program bimbingannya, karena setiap persoalan rumah tangga pasangan muda pasti ada, Thamrin menyarankan, jangan langsung disampaikan ke orang tua, kalau mungkin orang tua mengerti itu baik, tapi kalau tidak, akan jadi masalah baru, maka dari itu perlu pengetahuan yang panjang dan luas.
Makanya ada pesan menarik, “Menikahi wanita yang kita cintai adalah hal yang biasa, tapi mencintai wanita yang kita nikahi itu yang luar biasa, jangan kau hadirkan sumpah setia, karena cinta bukan seonggok cerita tapi dia butuh realitas yang nyata,” kata Thamrin.
Ini penting untuk semua, bagaimana mengenali satu sama lainnya, tumbuh kembangnya, bagi mereka yang terikat dengan dakwah, itu dapat disatukan, bagi yang tidak, maka dakwah itulah jadi pengikatnya.
“Semoga SPN ini dapat menyatukan yang terlerai, menyambung yang patah, menyatukan yang terpisah dalam mewujudkan sakinah mawadah warahmah,” harap Thamrin.
Thamrin pun menyarankan, BPKK PKS DKI dapat bekerjasama dengan Dinas Sosial dan dinas terkait lainnya untuk melakukan program-program perempuan, anak dan ketahanan keluarga.
Acara yang dikomandani Sugiyanti dari Deputi KK BPKK PKS DKI ini juga dihadiri Ketua Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga (BPKK) PKS DKI Jakarta Aan Anita Tri Susilawati, para narasumber yang kompeten dibidangnya, yaitu Muhammad Iqbal dan juga Bendri Jaisyurrahman, yang dimoderatori milenial Reza Gangga. Sebagai pemandu acara Ria Resdiyanti yang penuh dengan pantun, petugas pembaca ayat al-quran dan pembaca doa juga dari kalangan milenial, Abdurrauf Zahid Hanafi dan Muhammad Hasan Al Banna.