Jakarta (21/6) – DKI Jakarta sebagai ibukota negara memiliki daya tarik yang sangat luar biasa, bukan hanya di dalam negeri namun juga di dunia internasional. Di ulang tahun Jakarta yang ke-489 yang jatuh pada tanggal 22 Juni 2016 ini, pembangunan Jakarta harus memiliki konsep yang matang untuk jangka pendek, menengah dan panjang.
Membangun Jakarta bukan hanya dengan membangun dan menata keindahan secara fisik namun yang utama adalah membangun moral dan perilaku masyarakatnya. Hal ini disampaikan Ketua Fraksi PKS DPRD DKI Jakarta Abdurrahman Suhaimi, di Gedung DPRD DKI Jakarta, Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (21/6/2016).
Lebih lanjut politikus PKS dari daerah pemilihan Jakarta Timur ini menjelaskan, yang paling utama adalah membangun masyarakat yang bermoral dan berakhlak. Suhaimi mengatakan, setidaknya ada lima hal yang harus diperhatikan dalam membangun Jakarta agar lebih baik lagi kedepannya.
Pertama adalah pendidikan. Menurutnya, dengan APBD sebesar Rp 67,1 Triliun dan setiap tahunnya akan terus meningkat, harus menjadi faktor yang kuat agar masyarakat DKI Jakarta menjadi masyarakat yang berpendidikan dan berwawasan. “Diharapkan, nantinya masyarakat DKI Jakarta mudah dalam mengakses pendidikan, dan mendapatkan pendidikan yang berkualitas dengan biaya yang murah,” terang pria yang juga menjabat Ketua Dewan Syariah Wilayah PKS DKI Jakarta ini.
Kedua menurut Suhaimi adalah nilai-nilai agama. Hal mendasar dalam pembentukan karakter individu dan masyarakat adalah nilai-nilai agama. Karena itu, nilai-nilai spiritual keagamaan harus ditumbuhkan di setiap sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. “Pemprov DKI Jakarta harus memberikan ruang yang sangat luas dan luwes serta menerapkan regulasi yang jelas untuk kenyamanan masyarakat dalam mengekspresikan nilai-nilai agama yang diyakininya,” imbuhnya.
Ketiga adalah keteladanan pemimpin. Suhaimi menerangkan, bahwa pemimpin memiliki daya pikat yang luar biasa. Setiap kata dan prilakunya menjadi sorotan media dan perhatian masyarakat. Pemimpin harus memberikan teladan dalam berperilaku dan bertutur kata, jangan mempertontonkan kepongahan dan kesombongan kekuasaan terhadap masyarakat, karena apa yang dilakukan oleh pemimpin akan ditiru oleh masyarakat.
Jika kepongahan dan kesombongan yang dicontohkan kemudian ditiru oleh masyarakat maka akan menimbulkan kegagalan dalam pembangunan Jakarta yang indah secara fisik, tapi gagal dalam membangun perilaku masyarakat yang indah. “Jadilah pemimpin yang dikenang sejarah, bukan pemimpin yang membebani sejarah,” tegas Suhaimi.
Keempat adalah ekonomi. Suhaimi menbahkan, APBD yang berasal dari pajak masyarakat harus digunakan untuk memudahkan masyarakat dalam memenuhi hajat hidupnya, terlebih kepada masyarakat menengah ke bawah. Kemudahan akses untuk mendapatkan modal usaha dan pembinaan usaha agar dapat mencapai kemandirian dan kesejahteraan.
“Selain itu, kekayaan kuliner khas Betawi seperti kerak telor, bir pletok, soto betawi dan kuliner khas lainnya, dijadikan destinasi wisata dan juga dikemas dengan baik sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomisnya,” harap Suhaimi.
Kelima adalah budaya. Ia mengatakan, perlu adanya pengembangan budaya yang bernilai, seperti gotong royong dan budaya silaturahim. “Nilai-nilai kearifan lokal dan nilai agama dapat berkembang dan terserap dalam masyarakat, yang dibarengi dengan gotong royong dan silaturahim,” tutur Suhaimi mengakhiri. (itr/alf/fpksjakarta)