[Cerita Saksi Prabowo-Hatta] “Jangan Coba Tuduh Kami Lakukan Kecurangan”

by Humas PKS Jakarta

TPSPKS JAKARTA – Sewaktu saya menjadi saksi di Pilpres kemarin, saya ditemani oleh seorang saksi dari kubu sebelah (Jokowi – JK). Setelah berkenalan, si saksi ini bercerita jika dia sebetulnya tidak mengerti apa-apa mengenai tugas,  kerja serta tanggung jawabnyanya sebagai seorang saksi. Dia bercerita ke saya bahwa dia diminta oleh suaminya untuk menjadi saksi, tanpa ada pelatihan apapun sebelum-sebelumnya. Kalau istilah saya, dia ini hanya seorang saksi “cabutan” alias asal-asalan.

Ketika saya tanya, apakah membawa surat mandat dari tim pemenangan Jokowi – JK? Dia bingung lalu balik bertanya, surat mandat apa? Saya kasih tahu bahwa surat mandat itu seperti ini, sambil menunjukkan surat mandat yang saya bawa. Selanjutnya saya jelaska apa fungsi dari surat mandate tersebut. Yakni apabila seorang saksi tidak membawa Surat Mandat Saksi dari tim pemenangan capresnya, maka saksi tersebut tidak akan bisa berbuat apa-apa di TPS di mana dia ditempatkan. Dia tidak berhak mendapatkan form C-1 berikut tandatangan seluruh petugas KPPS. Dia juga tidak berhak mengajukan protes atau keberatan apapun, apabila terjadi hal-hal yang dianggapnya janggal atau merugikan pihaknya, dan lain-lain. Oleh sebab itu, Surat Mandat Saksi ini sangatlah penting.

Mendengar segala penjelasan saya, dia cuma diam dan manggut-manggut saja. Kebingungan yang sangat tampak terlihat di wajahnya. Lalu saya katakana, tenang saja nanti saya bantu waktu pengisian form C-1nya.  Saya menaruh respek kepadanya, karena hati saya mengatakan bahwa dia ini baik. Sangat jauh dari kesan urakan, “pecicilan” serta mucu alias muka curang.

Alhamdulillahnya ternyata dia dibekali surat mandat dari timses Jokowi – JK. Jadi secara administrasi tidak ada masalah. Hal ini saya tanyakan langsung kepada pihak KPPS, dan mereka menunjukkannya kepada saya. Saat memasuki waktu sholat zuhur, kami bergantian melakukan sholat di rumah salah satu petugas KPPS yang dijadikan TPS tempat kami bertugas. Dan ketika tiba waktu penghitungan dan rekapitulasi surat suara, saya ikut membantu dia mengisi serta melengkapi data form C1 yang kami dapatkan dari petugas KPPS. Padahal jika saya mau berbuat jahat kepadanya, bisa saja saya “kadalin” dia dengan memanipulasi data atau bersikap masa bodoh terhadapnya.

Namun semua itu tidak saya lakukan, dan memang tak ada niat sedikitpun untuk melakukannya. Terlebih lagi saat ini di bulan Ramadhan, yang merupakan bulan penuh keberkahan. Hanya saja yang memang agak “songong” (istilah orang Betawi) itu adalah Korsak (koordinator saksi) mereka. Apalagi di TPS saya ini, capres nomor urut 1 kalah tipis dari capres nomor urut 2 yang mereka dukung. Lalu ditambah lagi dengan adanya “deklarasi kemenangan” yang terlalu prematur oleh Ibu Megawati di salah satu stasiun TV pada siang itu. Maka makin menjadi-jadilah  lagak dan lagunya.

Sampai akhirnya semua selesai. Kami pun berpisah dan berpamitan dengan baik-baik. Bahkan sebelumnya kami malah sempat foto bersama pula, sebagai kenang-kenangan. Jadi demikianlah, jika ada pihak-pihak yang menuduh macam-macam kepada kader PKS yang menjadi saksi di TPS-TPS, tentu saja akan saya lawan habis-habisan. Jangan coba-coba menuduh kami melakukan kecurangan dan lain-lain. Jangan coba-coba mengotak-atik kami ataupun menganggap remeh kami. Pasti akan saya LAWAN. Sebagaimana kata Prabowo : “KITA JANGAN MAU DIINJAK-INJAK OLEH ORANG LAIN ATAU BANGSA LAIN!” Betul sekali, karena kita punya martabat dan harga diri (‘izzah) yang tidak bisa dibeli oleh siapa pun dan dengan apapun juga!

Oleh: Ria Dahlia
Follow @RiaSanusi on Twitter

Related Posts